Dari mana asal-usul masakan rendang? Catatan mengenai rendang sebagai masakan tradisional Minang mula ditulis pada awal abad ke-19.
Rendang atau randang adalah masakan daging bercitarasa pedas yang menggunakan campuran dari berbagai rempah. Masakan ini dihasilkan dari proses memasak yang dipanaskan berulang-ulang dengan santan kelapa.
Proses memasaknya memakan waktu berjam-jam (biasanya sekitar empat jam) hingga kering dan berwarna hitam pekat. Dalam suhu ruangan, rendang dapat bertahan hingga berminggu-minggu.
Rendang dapat ditemui di Rumah Makan Padang di seluruh dunia. Masakan ini popular di kalangan masyarakat Indonesia dan negara-negara di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Singapura, Brunei, Filipina dan Thailand.
Di daerah asalnya, Minangkabau, rendang disajikan dalam berbagai upacara adat dan perayaan istimewa. Meskipun rendang merupakan masakan tradisional Minangkabau secara umum, masing-masing daerah di Minangkabau memiliki teknik memasak dan penggunaan rempah yang berbeza.
Pada tahun 2011, rendang dinobatkan sebagai hidangan peringkat pertama dalam daftar World's 50 Most Delicious Foods (50 Hidangan Terlazat Dunia) yang digelar oleh CNN International.
Selain bahan dasar daging, rendang menggunakan santan kelapa (karambia), dan campuran dari berbagai rempah khas yang dihaluskan di antaranya cabai (lado), serai, lengkuas, kunyit, halia, bawang putih, bawang merah dan aneka rempah lainnya yang biasanya disebut sebagai pemasak.
Keunikan rendang adalah penggunaan rempah-rempah semulajadi, yang bersifat antiseptik dan membunuh bakteria patogen sehingga bersifat sebagai bahan pengawet semulajadi.
Bawang putih, bawang merah, halia dan lengkuas diketahui berfungsi sebagai antimikrobia yang kuat. Tidak menghairankan jika rendang dapat disimpan satu hingga empat minggu.
Kerana rendang lebih kering, maka dia lebih awet dibandingkan dengan kari. Hingga kini, banyak yang gemar membawanya sebagai bekal perjalanan jauh, misalnya naik haji atau ke luar negeri.
FALSAFAH RENDANG
Rendang memiliki posisi terhormat dalam budaya masyarakat Minangkabau. Rendang memiliki falsafah tersendiri bagi masyarakat Minang Sumatera Barat, iaitu musyawarah dan mufakat, yang berangkat dari empat bahan pokok yang melambangkan keutuhan masyarakat Minang, iaitu:
i) Dagiang (daging sapi), merupakan lambang dari "Niniak Mamak" (para pemimpin Suku adat)
ii) Karambia (kelapa), merupakan lambang "Cadiak Pandai" (kaum Intelektual)
iii) Lado (cabai), merupakan lambang "Alim Ulama" yang pedas, tegas untuk mengajarkan syariat agama
iv) Pemasak (rempah), merupakan lambang dari keseluruhan masyarakat Minangkabau.
Dalam tradisi Minangkabau, rendang adalah hidangan yang wajib disajikan dalam setiap perayaan istimewa, seperti berbagai upacara adat Minangkabau, kenduri, atau menyambut tamu kehormatan.
Dalam tradisi Melayu, baik di Riau, Jambi, Medan atau Semenanjung Malaya, rendang adalah hidangan istimewa yang dihidangkan dalam kenduri khitanan, ulang tahun, pernikahan, barzanji, atau perayaan seperti Idul Fitri dan Idul Qurban.
Kredit: nurikafathinoktarina
-Debu-
No comments:
Post a Comment