Monday, December 26, 2016

UMMUL MUKMININ: SHAFIYAH BINTI HUYYAI RA


Shafiyah binti Huyyai binti Akhthab RA adalah seorang wanita Bani Israel, masih keturunan Nabi Musa as dan Nabi Harus as. Dia adalah puteri salah satu pemimpin Yahudi Khaibar, Huyyai bin Akhthab.
Dia telah menikah dua kali sebelum pernikahannya dengan Nabi SAW. Suaminya yang pertama adalah Salam bin Masykam. Setelah berpisah dengan Salam, dia dinikahi oleh Kinanah bin Abul Huqaiq ketika mula berlangsungnya Perang Khaibar.
Dia pernah bermimpi melihat pecahan bulan jatuh ke pangkuannya. Ketika mimpi ini diceritakan kepada ayahnya, dengan marah Huyyai menamparnya dan berkata,
"Apakah engkau ingin menikah dengan raja Madinah??"
Ketika menjadi isteri Kinanah, dia juga pernah bermimpi melihat matahari berada di dadanya. Mimpi ini diceritakan pada suaminya, dia hanya mendapat kemarahan dan ucapan yang sama,
"Sepertinya engkau ingin menikah dengan raja Madinah!!"
Ketika Rasulullah mendapat kemenangan dan masuk ke dalam Qamus, Hushni bin Abu Al-Haqiq mendatangi Rasulullah SAW dengan membawa Shafiyah binti Huyyai. Ketika Rasulullah melihatnya, baginda memerintahkan Shafiyah melangkah di belakangnya. Kemudian baginda melemparkan selendangnya pada Shafiyah. Kaum Muslimin faham itu petanda bahawa Rasulullah SAW telah memilih Shafiyah untuk dirinya.
Dalam sebuah riwayat yang lain disebutkan, ketika Rasulullah mengumpulkan tawanan Perang Khaibar, Dahyah datang pada Rasul, kemudian berkata, “Berilah padaku seorang budak perempuan dari para tawanan.”
Rasulullah berkata, “Pergilah dan ambillah seorang budak perempuan!”
Kemudian Dahyah mengambil Shafiyah binti Huyyai, lalu berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya dia seorang sayyidah (wanita terhormat) dari Bani Quraizhah dan Bani Nadzir yang sesuai untuk mu.”
Kemudian Rasulullah SAW berkata, “Ambillah seorang budak perempuan selain dirinya!”
Ketika Shafiyah mengunjungi Rasulullah, baginda berkata padanya, “Ayahmu masih seorang Yahudi yang keras kepala dan sangat memusuhi diriku, sehingga Allah mencabut nyawanya.”
Shafiyah berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah berfirman dalam kitab-Nya, “Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.”
Rasulullah berkata padanya, “Pilihlah menurut kemahuan mu, jika kau memilih Islam, aku akan menjamin dirimu dengan diriku. Jika kau memilih menjadi seorang Yahudi, aku melepaskan dirimu dan mengembalikanmu bergabung dengan kaummu.”
“Wahai Rasulullah,” jawab Shafiyah, “Aku telah mencintai Islam, dan aku percaya padamu sebelum kau menyerukan hal tersebut padaku. Aku telah menjadi orang yang bergabung dengan dirimu. Aku tidak punya siapa-siapa lagi di kaum Yahudi. Aku tidak mempunyai ayah ataupun saudara. Sedangkan engkau memberikan pilihan antara kafir dan Islam. Tentu saja Allah dan Rasul-Nya lebih aku cintai dari pada dilepaskan dalam keadaan kafir.”
Maka Rasulullah memperisteri Shafiyah. Ketika Rasulullah kembali dari pertempuran Khaibar dan turut membawa Shafiyah bersama, Shafiyah dititipkan di salah satu rumah Haritsah bin Nu’man.
Kemudian beberapa wanita kalangan Ansar mendengar berita tersebut, mereka mendengar tentang kecantikan Shafiyah, sehingga banyak orang yang datang padanya. Aisyah, Ummul Mukminin, juga datang mengunjunginya.
Aisyah masuk ke dalam dan berkenalan dengannya. Ketika Aisyah keluar, Rasulullah juga keluar dan berkata padanya, “Bagaimana menurutmu, wahai Aisyah?”
Aisyah menjawab, “Aku melihat seorang perempuan Yahudi.”
“Janganlah kau mengatakan hal semacam itu, wahai Aisyah. Sesungguhnya dia telah masuk Islam dan baik pula keadaan Islamnya,” kata Rasulullah.
DARI KETURUNAN NABI
Suatu ketika Shafiyah menangis teresak kerana mendengar perkataan Hafshah, Ummul Mukminin, yang mengatakan dirinya seorang peranakan Yahudi. Ketika Rasulullah SAW mengunjungi Shafiyah dan melihatnya menangis, beliau bertanya, “Mengapa engkau menangis?”
Shafiyah menjawab, “Hafshah binti Umar berkata padaku bahawa aku adalah peranakan Yahudi.”
Nabi SAW berkata, “Sesungguhnya kau adalah keturunan nabi, dan ayah saudara mu juga berasal dari keturunan nabi. Sungguh dirimu berada di garis keturunan nabi.”
Kemudian Rasulullah berkata Hafshah, “Bertakwalah pada Allah, wahai Hafshah!”
Ketika Nabi SAW menderita sakit, para isterinya berkumpul di tempat Aisyah, rumah di mana Nabi meninggal dunia. Kemudian Shafiyah berkata, “Demi Allah, Wahai Nabi Allah, sungguh aku bahagia sekali menemani mu dan selalu mendampingimu.”
Kemudian terdengar isteri-isteri Nabi mengejeknya. Rasulullah memberikan penjelasan pada mereka, lalu berkata, “Kalian ini merungut.”
Mereka berkata, “Kerana apa, wahai Rasulullah?”
Nabi berkata, “Kerana ejekan kalian terhadap sahabat kalian tadi. Demi Allah, dia benar-benar tulus dan jujur.”
Suatu ketika, sejumlah orang berkumpul di dalam kamar Shafiyah, kemudian mereka berzikir kepada Allah, membaca Al-Quran dan bersujud. Seorang budak perempuan Umar bin Khattab juga datang pada Shafiyah.
Ketika pulang, dia berkata kepada Umar, “Sesungguhnya Shafiyah menyukai hari Sabtu dan masih menyambung tali silaturrahmi dengan Yahudi.”
Umar mengutus budak perempuan itu untuk menanyakan tentang hal tersebut, Shafiyah menjawab, “Adapun hari Sabtu, sungguh aku tidak menyukainya sejak Allah telah menggantikan buat diriku hari Jumaat. Sedangkan mengenai Yahudi, sesungguhnya aku sempat berada di tengah-tengah mereka dengan penuh kasih sayang, maka aku menyambung tali silaturrahmi dengan mereka.”
Kemudian dia berkata pada budak perempuan itu, “Apa yang membuatmu melakukan hal itu?”
Si budak menjawab, “Syaitan.”
Lalu Shafiyah berkata, “Pergilah, kau telah bebas!”
Shafiyah meriwayatkan sekitar 10 hadis dari Rasulullah SAW, dan beberapa orang meriwayatkan darinya. Di antara mereka Yazid bin Mu’tab, Ishaq bin Abdullah bin Harits dan Muslim bin Shofwan.
Shafiyah meninggal dunia pada zaman kekhalifahan Muawiyah tahun 50 H, atau di riyawat lain pada 52 H. Dan ada pula yang meriwayatkan dia meninggal pada tahun 36 H.
Wallahua'lam...

Kredit:
Ibnu Ghufron
fiqhislam

-Debu-

No comments:

Post a Comment