Tuesday, December 13, 2016

SRIKANDI ISLAM: UMMU SULAIM


Ummu Sulaim, nama sebenarnya Rumaisha binti Milhan telah memeluk Islam ketika Abu Thalhah, salah seorang yang terkemuka dari penduduk Madinah yang masih musyrik melamarnya.
Dia adalah seorang janda dari pernikahannya di masa jahiliyah dengan Malik bin Nadhar. Sedangkan anaknya, Anas bin Malik ra adalah salah satu sahabat Nabi yang banyak sekali meriwayatkan hadis.
Atas lamaran Abu Thalhah itu, dia berkata,
"Wahai Abu Thalhah, Demi Allah tidak ada wanita yang akan menolak lamaran orang yang sepertimu. Tetapi aku seorang wanita muslimah dan engkau seorang yang kafir, disebabkan itu aku tidak dibenarkan menikah denganmu. Jika engkau mahu, masuklah kamu ke dalam agama Islam, dan itulah mahar yang ku minta, dan tidak akan meminta mahar yang lainnya lagi!"
Kerana memang terlanjur suka, Abu Thalhah menyetujui permintaan Ummu Sulaim untuk memeluk Islam. Mahar telah diberikan oleh Abu Thalhah, yakni keislamannya tersebut, maka Ummu Sulaim berkata kepada anaknya, "Hai Anas, nikahkanlah ibumu ini dengan Abu Thalhah."
Seorang sahabat bernama Tsabit berkata, "Aku tidak pernah mendengar seorang perempuan yang mahar pernikahannya lebih utama daripada maharnya Ummu Sulaim."
Dari pernikahannya dengan Abu Thalhah, Ummu Sulaim mempunyai anak yang bernama Abu Umair. Nabi SAW sering bermain dengan Abu Umair ketika berkunjung ke rumah Abu Thalhah.
TABAH MENGHADAPI MUSIBAH
Suatu ketika Abu Umair menderita sakit yang cukup parah. Pada masa yang sama, Abu Thalhah keluar dalam waktu agak lama kerana ada urusan, dan ketika itu anaknya meninggal dunia.
Kerana suaminya tidak ada di rumah, Ummu Sulaim mengurus sendiri jenazah anaknya. Dia memandikan dan mengkafaninya serta membaringkannya di tempat tidur.
Hari itu Abu Thalhah sedang berpuasa sunat, Ummu Sulaim menyiapkan makanan bagi suaminya untuk berbuka. Dia juga berhias dan memakai wangi-wangian untuk menyambut suaminya.
Malam harinya Abu Thalhah pulang, dia berbuka dengan makanan yang disiapkan isterinya. Dia bertanya tentang keadaan anaknya yang sakit, dan Ummu Sulaim menjawab,
"Alhamdulillah, dia dalam keadaan yang baik-baik saja. Engkau tidak perlu memikirkan keadaannya lagi."
Tentu, maksudnya adalah menenangkan suaminya tanpa dia harus mendustainya. Kerana sudah meninggal, sudah jelas tidak perlu difikirkan lagi. Tetapi Abu Thalhah menjadi tenang, dia meneruskan makannya. Malam itu dia juga menggauli istrinya, kemudian tertidur.
Ketika bangun pagi harinya, Ummu Sulaim yang sudah bangun terlebih dulu bertanya, "Wahai suamiku, seandainya seseorang diberi suatu amanah, kemudian pemiliknya mengambilnya kembali, haruskan ia mengembalikannya kembali?"
"Tentu," Kata Abu Thalhah, "Dia harus mengembalikannya, ia tidak punya hak untuk menyimpannya!"
Ummu Sulaim menjelaskan keadaan anaknya, "Suamiku, Allah telah mengamanatkan Abu Umair kepada kita, namun kini Dia telah memanggilnya kembali kelmarin."
Mendengar penjelasan ini, Abu Thalhah jadi sedih dan sedikit marah. Dia kesal kenapa Ummu Sulaim tidak memberitahunya semalam. Dia menemui Nabi SAW dan mengadukan apa yang dilakukan isterinya.
Ternyata Rasulullah SAW memuji kesabaran dan apa yang dilakukan Ummu Sulaim tersebut, beliau juga mendoakan, "Semoga Allah SWT memberkati hubungan mu malam tadi dengan isterimu."
Doa ini menjadi kenyataan. Dari hubungannya itu, Ummu Sulaim melahirkan seorang anak yang diberi nama Abdullah bin Abu Thalhah. Dan lama berselang setelah Nabi SAW wafat, Abdullah mempunyai sembilan anak yang semuanya hafal Qur'an (al-Hafiz).
MEMBANTU PEJUANG ISLAM
Walaupun seorang wanita, Ummu Sulaim juga terlibat dalam beberapa pertempuran. Dalam perang Uhud, bersama Ummu Mukminin Aisyah ra, dia mengisi bekas-bekas air dan memberikan pada para mujahid yang memerlukannya. Dia juga merawat mereka yang sakit dan terluka dalam pertempuran itu.
Dalam Perang Hunain, ketika itu dia sedang mengandung anaknya, Abdullah bin Abu Thalhah, tidak menghalanginya untuk ikut berjuang. Dia berdiri dekat dengan khemah Nabi SAW sambil memegang tombak. Ketika Nabi SAW menanyakan tentang tombaknya, dia berkata,
"Jika ada orang kafir yang akan mendekatimu, aku akan melemparkan tombak ini ke perutnya."

Kredit: Ibnu Ghufron

-Debu-

No comments:

Post a Comment